anganangan

Rabu, 21 Oktober 2009

Alkisah Seorang wanita tua memimpikan suatu hari kelak cucu kesayangannya yang telah di dia sekolahkan itu mempunyai sebuah mobil sedan. Suluruh hidup Sang Wanita tua di gunakan untuk bekerja, bekerja dan bekerja guna membantu biaya pendidikan Sang Cucu. Apalagi Si Wanita Tua hanya tinggal seorang diri, suami tercintanya telah memilih untuk bersama dengan wanita lain sejak 20 tahun yang lalu. Sering kali Sang Wanita menanyakan kepada cucunya, “Nak kapan kamu mengantar ibu ke pasar dengan mobil sedan?” Pemuda itu terdiam setiap kali Sang Wanita menanyakan hal itu. Untuk melanjutkan sekolah saja sangat sulit baginya, bagaimana dia bisa membelikan sebuah mobil sedan untuk Nenek tercinya, seorang Wanita Tua yang telah merawatnya sejak dia masih bayi. Sementara Usia Sang Nenek sudah 60 tahun, mungkin dalam waktu kurang dari 10 tahun perempuan tua itu akan segera meninggal karena penyakit sudah mulai singgah di tubuhnya yang mulai renta. Pemuda yang usianya baru menginjak angka 25 tahun itu mengerti benar bahwa harga mobil yang di inginkan ibunya adalah 240-an juta. Sementara gaji pemuda itu hanya 2,2 juta sebulan. Jika di logika, maka dengan gaji 2,2 juta dia butuh 109 bulan agar bisa membelikan mobil seperti apa yang di inginkan oleh Sang Nenek. Dengan waktu 109 bulan atau sekitar 9 tahun dia baru bisa membeli mobil seperti yang dinginkan Neneknya dengan syarat seluruh gajinya di tabung, tanpa digunakan sedikitpun, sementara untuk biaya hidup sehari-hari pemuda itu juga hanya tergantung kepada gajinya. Ibunya sudah tidak mampu untuk bekerja lagi. Dengan hidup hemat dan apa adanya, dia bisa menyisihkan uang 1 juta perbulan. Maka untuk membeli mobil seharga 240 juta, pemuda itu butuh waktu 240 bulan atau sekitar 20 tahun. Kredit? Untuk mengajukan kredit senilai lebih dari 200 juta minimal penghasilan adalah 8 juta sebulan. Sesuatu yang sangat tidak mungkin baginya untuk memenuhi impian Sang Ibu yang sudah tua.

Sebenarnya ada dilema dalam hatinya, usianya sudah 25 tahun, dan Neneknya yang tua mempunyai impian sebuah mobil mahal. Segala cara upaya dan strategi dilakukan untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak lagi. Untuk bisa menjadi kaya, dalam benaknya adalah harus mempunyai aset yang banyak, punya sebuah perusahaan yang besar, punya kebun yang luas dll. Namun apa daya, aset yang dimiliki keluarganya hanyalah sebuah rumah kecil dan sebidang tanah senilai tidak lebih dari 10 jutaan. Tidak mungkin untuk menjualnya karena. Apa yang dia punya saat itu hanyalah dirinya dan pemikirannya. Kemudian dengan apa yang dimilikinya, pemuda itu menjalin silahturahmi dengan beberapa orang sahabat dan teman-teman lamanya, dengan harapan mampu menemukan solusi untuk bisa mewujudkan impian Neneknya. Sahabat pertama yang di temuinya mengatakan. “Untuk bisa mendapatkan keuntungan yang besar kita harus mengeluarkan modal yang besar! Kita patungan saja lalu kita beli Franchise!” pemuda menjawab “Maaf untuk membeli franchise internasional kita butuh dana minimal 1 Milyar! Aku tidak punya!” gelisah kembali menyelimuti si pemuda setelah melakukan dialog dengan sahabat pertama. Lagi-lagi modal yang besar harus menjadi sebuah penghalang baginya.

Keesokan harinya pemuda itu menemui sahabatnya yang lain. “Bagaimana kalau kita bermain dalam dunia bisnis saham! Dengan modal 100 juta kita bisa mendapat keuntungan sekitar 5 juta dalam sebulan. Di perusahaan tempatku bekerja kita bisa menanamkan uang 100 juta dengan angka makasimal kerugian 20 juta. Kita hanya butuh dana awal 100 juta dan biarkan mereka yang bekerja! Uang yang akan bekerja untuk kita” ucap sahabat kedua antusias. Pemuda menjawab “Masalahnya aku tidak mempunyai uang 100 juta!”

Sahabat demi sahabat ditemuinya dalam waktu seminggu. Tidak ada satupun solusi yang mampu didapatnya. Hingga pada satu titik dia menemui sahabatnya yang ke 15. “Kamu bisa mendapatkan uang dengan cepat! Dengan modal kecil! Bahkan tanpa modal! Ada banyak cara! Pertama; Jadilah artis sinetron! Gajinya bisa mencapai 20 juta dalam satu episode jika kamu jadi pemeran utama. Kedua; jadilah penyanyi kamu bisa terkenal dan dalam satu kali konser pendapatanmu bisa mencapai angka 50 juta. Ketiga jadilah penulis; modalmu hanya imajinasi dan seperangkat komputer, penghasilanmu bisa mencapai angka puluhan bahkan ratusan juta jika kamu mampu menulis karya yang bestseller!” Pemuda terdiam, tampangnya pas-pasan untuk menjadi artis sinetron sangat tidak mungkin apalagi dia tidak bisa akting. Menjadi penyanyi? Suaranya jauh dari kata merdu. Menjadi penulis? Apakah dia mampu? Membaca saja malas! Apalagi menulis? “Apakah ada ide lain?” tanya pemuda. “Ada selalu ada jalan! Cobalah bisnis Jaringan!” ucap sahabatnya pelan namun pasti. “MLM[1]?” ucap pemuda singkat. “Ya! Benar sekali!” “Tidak! Aku tidak mau! Itu usaha yang tidak riil!” ucapnya pelan. “Lalu apa usaha yang riil itu?” tanya sahabatnya kemudian. Pemuda terdiam tidak menjawab.

Hari berikutnya, pemuda sedang terdiam di ruang kerjanya, menatap layar monitor sambil duduk bersandar pada kursinya. Tanpa dia sadari Direktur utama perusahaan tempatnya bekerja mengamatinya dari luar ruangan kaca itu. Direktur itu lalu masuk kedalam. “Kamu kenapa? Ada pekerjaan berat yang membuatmu seperti itu?” pemuda tergagap dari lamunannya lalu bergegas berdiri menyambut pimpinannya. “ Oh silahkan Pak! Maaf! Maaf!” jantungnya seakan berhenti, dia begitu bingung dan tidak tau harus berbuat apa. Selama dia bekerja di perusahaan itu baru kali ini Sang Pimpinan datang ke ruangannya. Dan ketika itu pemuda sedang melamun dalam kegelisahaannya. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Direktur. Pemuda menjelaskan semua yang ada di benaknya dengan jelas dan gamblang bahkan detail dari setiap pembicaraan dengan sahabat-sahabatnya beberapa hari ini. “Aku lebih setuju dengan sahabat terakhirmu. Pemikirannya lebih logis! Kamu bisa tetap bekerja di sini, sambil menjadi seorang pebisnis jaringan dan kamu bisa menulis! Kalau menjadi artis sertinya berat!” ucap direktur itu sambil duduk di kursi yang ada di dekatnya. “Bapak menyerankan saya untuk menjalankan usaha yang tidak riil itu?” Direktur tersenyum kecil “Kamu sekarang sedang duduk di sebuah kursi yang jauh dari realistas dalam dunia ini. Semua pekerjaan tidak ada yang riil atau tidak riil! Tinggal seperti apa riil yang kamu maksud? Apakah bisnis pemasaran jaringan itu tidak riil sementara pekerjaanmu di sini riil? Riil yang kamu maksud adalah realitas hasil? Apakah dengan gaji 2 juta kamu merasa itu hasil yang riil? Sementara dengan bisnis jaringan kamu bisa menghasilkan puluhan juta! Itu tidak riil? Apakah kamu selamanya akan bisa menempati ruangan ini? Jawabnya tidak! Bisa saja aku sekarang memecatmu dan mengganti posisimu dengan anak sepupuku! Anak tetanggaku atau aku menggantimu dengan anak-anak sahabatku yang sedang mencari kerja! Apakah itu riil yang kamu maksud? Bisnis pemasaran jaringan adalah sebuah bisnis yang mampu membawa banyak orang menjadui sukses! Dan bisnis itu adalah bisnis paling riil yang pernah aku lihat! Dengan memilih perusaan yang benar dan cara kerja yang tepat dan kita bekerja keras dsrta mengikuti sistem maka kita akan mendapatkan bonus yang besar! Itulah realiatas! Hanya satu pesan saya! Orang sukses selalu punya banyak cara! Sementara orang gagal selalu punya banyak alasan!” Direktur iu melangkah pergi meninggalkan ruangan. Sementara pemuda itu terduduk lemas. Benar sekali apa yang di katakan oleh pimpinannya sedetik yang lalu. Dia saat itu berada dalam posisi yang sangat tidak riil dan gajinya sangat kecil. Neneknya? Berharap bisa memiliki sebuah mobil sedan.

Dan begitulah. Sepulang dari kantor pemuda itu mencari sahabatnya, lalu meminta menjelaskan bisnis pemasaran jaringan. Sepulang dari pembicaraan dengan temannya, pemuda itu lalu menemui Neneknya. Senyum manis Sang Nenek membuat darahnya seakan mendidih. Senyum itu membuat dirinya harus bisa sukses! Senyum manis Sang Nenek membuatnya harus memiliki banyak cara bukannya memiliki banyak alasan. Pemuda itu masuk kamar, mengambil sebuah buku dan membacanya selama 15 menit. Kemudian dia menghidupkan komputer lalu mulailah menulis. Waktu terus berjalan, dari detik demi detik menuju menit demi menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Rutinitasnya menjemukan, kerja di kantor dari pagi hingga sore, kemudian dia menjalankan bisnis pemasarang jaringan hingga jam 8 malam. Kemudian malam harinya dia menulis selama 2 jam, jam 10 malam dia tidur, bangun pukul setengah 5, sholat subuh lalu menulis hingga pagi tiba dan berangkatlah dia kekantor untuk bekerja lagi. Sungguh waktunya benar-benar dia manfaatkan untuk bekerja dan bekerja. Tahun pertama dengan usaha yang sangat gigih dan pantang menyerah dia mampu menerbitkan sebuah novel, dua bulan kemudian dia menawarkan karya-karya tulisnya dari satu penerbit ke penerbit lain. Penolakan terjadi si sana-sini, namun tidak aka kata menyerah dalam hatinya dalam waktu 1 tahun buku-buku karyanya telah terpajang hampir di seluruh toko buku. Pada tahun itu pula bisnis jaringannya menjadi sangat besar dan tanpa di sadari penghasilannya sudah mencapai angka 10 juta dari bisnis pemasaran jaingan. Pekerjaan di kantornya baik-baik saja dan dia mandapat kenaikan gaji sebesar lima ratus ribu rupiah selama 2 tahun. Pada bulan ke 18, sebuah mobil sedan bisa di belinya. Tidak baru memang, tapi mobil itulah yang di inginkan Sang Nenek. Kemudian, impian selanjutnya adalah menikah, membahagian orang tua dan keluarga, memiliki usaha sendiri, dan begitu banyak impian yang ditulisnya dalam sebuah buku harian kecil. Dan begitulah, dia hidup bahagia dengan harta yang cukup dan waktu yang cukup pula.

Kenapa harus impian? Karena impian adalah sesuatu hal yang akan kita kejar agar mpian itu tercapai. Paradigma umum, adalah kita tidak bisa membedakan antara mimpi dan impian. Begitu banyak orang enggan menggunakan impian sebagai kekuatan utama.

0 komentar:

Posting Komentar